RADARPANGANDARAN.COM – Beberapa waktu terakhir, warga Gunungkidul dikejutkan oleh fenomena kemunculan ulat jati di awal musim penghujan.
Ulat ini, yang dikenal sebagai pemakan dedaunan, tampak bergelantungan di pohon-pohon jati di berbagai wilayah.
Di balik aktivitas alaminya, ulat jati melewati proses metamorfosis yang menarik perhatian masyarakat.
Ulat ini awalnya berwarna hitam, kemudian berubah menjadi merah saat menjadi kepompong atau ungkrung.
Tahap ini berlangsung berminggu-minggu hingga akhirnya mereka berubah menjadi kupu-kupu cantik.
Namun, bukan hanya proses metamorfosisnya yang menarik perhatian.
Warga Gunungkidul telah memanfaatkan ulat jati dan ungkrung sebagai kuliner unik yang kaya protein.
Bahkan, Kuliner Unik Ulat Jati telah menjadi sumber penghasilan tambahan bagi sebagian masyarakat.
Proses Pengolahan Ulat Jati
Setiap pagi, masyarakat akan mengumpulkan ulat jati di bawah pohon-pohon jati.
Mereka mengambil gumpalan kepompong yang menjadi sarang ulat ini, lalu membersihkannya dengan teliti.
Kulit kepompong dikupas untuk mengambil ulat jati dan ungkrung yang siap diolah.
Pengolahan kuliner ini cukup sederhana. Ulat jati biasanya direbus dengan bumbu bacem seperti bawang putih, garam, dan gula merah.