RADARPANGANDARAN.COM- Generasi Z kini semakin lekat dengan gaya hidup digital yang serba instan dan penuh visual.
Mereka tumbuh dalam era media sosial yang menuntut kecepatan sekaligus kesempurnaan tampilan.
Salah satu tren yang mencuat belakangan ini adalah konten mewah.
Dari pamer barang branded, liburan ke luar negeri, hingga makan di restoran mahal, konten semacam itu membanjiri lini masa.
Namun, pertanyaan yang muncul kemudian adalah: apakah semua itu benar-benar asli, atau hanya sekadar pencitraan semu?
Media Sosial Membentuk Standar Kehidupan Baru
Gen Z aktif membentuk identitas mereka di media sosial. Mereka mengunggah foto dengan outfit branded, berpose di hotel bintang lima, atau menampilkan gaya hidup penuh glamor.
Platform seperti Instagram, TikTok, hingga YouTube memberi ruang besar bagi mereka untuk membangun citra.
Namun, realita sering kali berbeda. Tidak semua konten mewah yang terlihat benar-benar menggambarkan kondisi asli.
Ada yang hanya menyewa barang branded untuk konten, memotret di tempat mahal tanpa benar-benar menginap, atau bahkan mengedit foto agar terlihat lebih glamor.
Dengan begitu, media sosial berhasil menciptakan standar kehidupan baru yang penuh tekanan.
Konten Mewah Jadi Alat Validasi Sosial
Banyak anak muda menggunakan konten mewah sebagai alat validasi sosial. Setiap unggahan yang menampilkan kemewahan bisa mendatangkan ribuan like dan komentar.
Hal ini memunculkan kebanggaan tersendiri dan meneguhkan posisi sosial mereka di dunia digital.
Namun, cara ini sekaligus menciptakan jurang. Sebagian Gen Z yang tidak mampu mengikuti tren ini merasa terpinggirkan.