Mu’adz kemudian melaporkan kejadian ini kepada Nabi Muhammad dan menyebut sahabat tersebut sebagai munafik karena meninggalkan shalat.
Namun, Rasulullah tidak menyalahkan sahabat yang meninggalkan shalat jamaah, melainkan menegur Mu’adz.
Nabi menasihati Mu’adz bahwa sebagai imam, ia harus menyesuaikan panjangnya bacaan dengan kondisi makmumnya. Apalagi jika ada makmum yang bekerja dengan pekerjaan fisik seperti petani.
Dari kisah ini, pesan bijak Gus Baha menekankan bahwa menjadi imam bukan soal membaca surat panjang, melainkan bagaimana memudahkan orang lain dalam beribadah.
Ceramah Gus Baha ini mengingatkan kita bahwa Allah menciptakan aturan agama dengan penuh hikmah dan kasih sayang, serta selalu memperhatikan kondisi dan kemampuan manusia. Oleh karena itu, jangan sampai ada kesalahpahaman bahwa Islam itu berat untuk dijalankan.
Nasehat Gus Baha menjelaskan bahwa esensi ajaran Islam adalah kemudahan dan keseimbangan, bukan kesulitan atau beban.
Ajaran Islam selaras dengan fitrah manusia dan memperhatikan kebutuhan sehari-hari, baik dalam bekerja, beribadah, maupun berinteraksi dengan sesama.