“Jadi dulu itu sahabat dilatih bersyukur sampai begitu. Sekarang banyak orang yang lupa pada nikmatnya,” tambah Gus Baha.
Beliau juga mengingatkan tentang pentingnya melatih diri untuk menghargai nikmat dengan benar.
“Melatih nikmat ya dengan kebenaran. Misalnya nikmat mengajar begini: ‘Alhamdulillah bisa mensyariatkan hukum Allah’. Nggak perlu bangga dengan santri yang banyak,” ujar Gus Baha.
Ceramah Gus Baha ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang kita terima, sekecil apa pun itu.
Hal ini menunjukkan bahwa penghargaan atas nikmat bukan diukur dari banyaknya pengakuan atau pujian dari manusia, melainkan dari rasa syukur kepada Allah SWT.
Gus Baha juga menambahkan, bahwa jika seseorang hanya merasa puas dengan pengakuan dari orang lain, berarti dia terbiasa mengonversi nikmat dengan makhluk. “Yang baik itu ketika diberi nikmat kita memuji Allah SWT,” tandasnya.
Pesan bijak Gus Baha dalam kajian ini mengajarkan bahwa syukur sejati lahir dari hati yang tulus dan mengakui bahwa setiap hal yang kita miliki, sekecil apa pun, adalah karunia dari Allah.
Mari latih diri kita untuk selalu memandang setiap nikmat dengan rasa syukur seraya memuji Allah Subhanahu Wa Ta’ala.