“Jadi, tidak bisa kamu bilang, ‘Apa gunanya ngaji kalau kelakuannya masih begitu?’ Jangan begitu!” jelas Gus Baha.
Poin utama dari penjelasan ini adalah bahwa proses belajar dan ibadah tetap memiliki nilai, meskipun seseorang belum sempurna.
Melalui nasihat Gus Baha, kita diajak memahami bahwa Allah dapat memberikan ridho atau kemurkaan-Nya kepada siapa saja, kapan saja, dan dalam keadaan apapun.
Gus Baha juga mengingatkan tentang kisah Sunan Kalijaga, yang pernah melakukan tindakan mencuri namun akhirnya menjadi seorang wali.
Ini menunjukkan bahwa kita tidak dapat menilai seseorang hanya dari tindakan yang mereka lakukan saat ini.
“Kita tidak pernah tahu, Allah meletakkan ridho-Nya di mana, dan meletakkan kemurkaan-Nya di mana,” ujar Gus Baha.
Sebagai manusia, sebaiknya kita fokus memperbaiki diri dan terus beribadah dengan niat yang tulus, karena hasilnya akan tampak pada waktunya.
Tema dalam kajian Gus Baha ini sangat menarik, beliau menjelaskan bahwa bahkan orang fasik sekalipun masih memiliki potensi untuk dimaafkan oleh Allah, sebagaimana mereka juga memiliki kemungkinan untuk disiksa oleh-Nya. Allah memiliki cara dan kehendak-Nya sendiri dalam menilai hamba-Nya.