Dalam kalimat tersebut, Rasulullah mengajarkan agar kita selalu mengingat nikmat Allah, bahkan saat memohon ampunan.
Ini seakan-akan menunjukkan bahwa meskipun kita berdosa, Allah masih memberikan kita kesempatan untuk memohon ampunan dan memperbaiki diri.
Inilah salah satu bentuk rahmat-Nya yang tak terbatas.
Gus Baha juga mengutip pendapat Abdul Qosim Al-Qusyairi yang menegaskan bahwa seseorang yang beristighfar tapi hanya mengingat dosanya saja adalah orang yang sombong.
“Menurut Abdul Qosim Al-Qusyairi, ‘Orang yang beristighfar lalu hanya ingat dosanya itu orang sombong.’ Lantas, apa yang harus diingat? Mengingat betapa luas rahmat Allah. Jangan hanya terfokus pada dosa saja, karena jika hanya mengingat dosa, seakan-akan istighfar hanya menjadi tangisan karena dosa,” jelas Gus Baha.
Ketika kita tenggelam dalam penyesalan yang berlebihan, kita seolah mengabaikan betapa luasnya rahmat Allah.
Pesan bijak Gus Baha mengajarkan kita untuk lebih banyak mengingat betapa besar rahmat Allah daripada sekadar menangisi dosa-dosa kita.
“Ketika mengingat dosa, kamu merasa tidak nyaman dengan Allah. Seharusnya kamu ingat, ‘Ya Allah, meskipun saya pernah berdosa, Engkau tetap mengizinkan saya menjaga hubungan dengan-Mu. Meskipun berdosa, Engkau masih mengizinkan saya untuk memohon ampunan. Ampunilah aku, ya Allah.’ Betapa besar hidayah yang Engkau berikan. Engkau tahu saya pernah berdosa, tetapi Engkau tetap menarik saya agar kembali dan beristighfar,” tutur Gus Baha.