Dengan demikian, hikmah dari beristighfar adalah kita bisa lebih memahami dan memaknai sifat Allah yang Maha Pengampun (Al-Ghafur) dan Maha Penyayang (Ar-Rahim).
“Sehingga kita lebih asyik mensifati Allah. Allah itu Al-Ghafur, Allah itu Ar-Rahim. Bukan malah hanya ingat dosa dan terus memukul jidat sendiri. Kalau begitu, lama-lama dzikirnya bukan lagi Astaghfirullah, tapi malah menjadi nasiib… nasiib…,” ujar Gus Baha dengan bercanda.
Saat kita tidak terjebak dalam kesedihan yang berlarut-larut karena dosa, kita dapat memperkuat hubungan dengan Allah dan menghindari keluhan nasib yang tiada akhir.
Istighfar seharusnya menjadi momen untuk memperdalam hubungan kita dengan Allah, bukan hanya sekadar meratapi kesalahan.