Pengetahuan ini bukan hanya pengakuan intelektual, tetapi keyakinan mendalam yang membebaskan kita dari keraguan terhadap kekuasaan-Nya.
Gus Baha memberikan contoh: ketika kebanyakan orang hanya memahami pengetahuan yang bersifat materi belaka, mereka mungkin berkata, “Bagaimana caranya hidup tanpa jantung?” Padahal, dengan pernyataan itu, mereka seakan-akan meragukan Tuhan.
“Jika Anda meragukan Tuhan dengan cara itu, sama saja Anda bertanya, ‘Apa benar saya bisa hidup tanpa jantung, Tuhan?’” ujar Gus Baha.
Ilmu sejati memahami bahwa tubuh bisa hidup karena Allah meniupkan ruh ke dalamnya. Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan, sementara organ tubuh hanya alat, bukan sumber kehidupan.
Begitu pula dalam hal rezeki. Setiap nikmat yang kita terima adalah karunia dari Allah, bukan sekadar hasil dari gaji atau profit. Semua itu hanyalah perantara.
Banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap, tetapi tetap bisa makan, minum, dan menikmati rezeki dari Allah.
Kesehatan, ketenangan, dan keamanan pun adalah anugerah Allah yang tak ternilai. Mengenali hakikat ilmu ini membuat kita menyadari bahwa segala sesuatu, dari yang kasat mata hingga yang tidak, berada dalam kekuasaan-Nya.