“Demi baktinya kepada sang ibu, Uwais tidak sempat sowan kepada Nabi Muhammad SAW, padahal saat itu Nabi masih hidup,” lanjut Gus Baha.
Menurut Gus Baha, kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita di zaman modern. Saat ini, sering kali kita lebih mementingkan hal-hal simbolis atau fisik, seperti menemui tokoh-tokoh ulama hanya untuk mencari pengakuan, sementara esensi dari ajaran atau filosofi yang disampaikan ulama sering diabaikan.
“Kadang kita sowan kepada kiai hanya untuk mencari muka saja. Perintah atau ajaran kiai, karakter filosofinya, tidak dijalankan. Namun, semangat untuk sowan sangat besar,” ungkap Gus Baha.
“Pelajaran dari Uwais Al-Qorni adalah bahwa meskipun ia tidak pernah sowan kepada Nabi, tetapi ia menjalankan filosofi ajaran birrul walidain dengan sepenuh hati,” tambahnya.
Inti dari ceramah Gus Baha ini adalah bahwa pengamalan ajaran Nabi Muhammad SAW tidak diukur dari pertemuan fisik, melainkan dari sejauh mana kita mengamalkan ajaran Islam yang beliau sampaikan.
Meskipun kita tidak pernah bertemu Nabi, kita tetap bisa meraih kemuliaan dengan menjalankan sunnah dan ibadah yang diajarkan oleh beliau.
Kisah Uwais Al-Qorni mengajarkan bahwa keteguhan iman tidak memerlukan syarat pertemuan fisik. Uwais menjadi istimewa karena meskipun tidak pernah bertemu Nabi, ia tetap teguh menjalankan ajaran beliau, terutama dalam hal berbakti kepada orang tua.