Mereka sering merenung tentang kehidupan, emosi manusia, dan konflik yang dihadapi sehari-hari.
Kadang mereka bisa terjebak di dalam pikirannya sendiri sambil memikirkan nasib karakter yang mereka ciptakan.
Inilah kenapa karya mereka sering kali terasa punya kedalaman emosional.
4. Empatinya Besar
Menjadi penulis cerita fiksi berarti harus bisa merasakan apa yang dirasakan karakter-karakter dalam cerita.
Mereka harus masuk ke dalam pikiran berbagai macam tokoh, mulai dari protagonis, antagonis, sampai karakter figuran.
Hasilnya, mereka selalu punya empati yang besar, karena terbiasa memahami perasaan orang lain dari berbagai sudut pandang.
5. Hidup di Dua Dunia
Penulis fiksi bisa tiba-tiba termenung, seakan berada di alam lain, padahal sedang bersama kamu.
Jangan kaget, mungkin mereka sedang memikirkan plot twist dalam cerita terbaru mereka, atau menyusun dialog yang berkesan.
6. Kreatif
Penulis fiksi tak hanya menciptakan cerita, tapi juga memikirkan cara baru untuk menyampaikan gagasan.
Yaitu dengan memainkan emosi pembaca, atau menghadirkan plot twist dalam cerita, yang nantinya membuat kita tak bisa berhenti membaca karya mereka.
7. Pemikir Masa Depan
Penulis fiksi tak hanya memikirkan apa yang ada di depan mata, tapi juga apa yang bisa terjadi di masa depan.
Mereka sering memprediksi tren, atau bahkan menciptakan masa depan sendiri dalam cerita fiksinya.
8. Suka Menyendiri
Mereka sering asyik menyendiri saat sedang tenggelam menulis cerita.
Ia bergulat dengan para tokoh rekaannya, membangun konflik dan menciptakan plot twist dalam cerita.