Ahli saraf juga menyarankan penderita untuk menghindari situasi yang bisa memicu kejutan ekstrem, serta mendapatkan dukungan positif dari lingkungan. Sebab, ketika stres bisa dikontrol, sistem saraf akan lebih stabil dan reaksi latah berkurang dengan sendirinya.
Latah menggambarkan bagaimana stres dan sistem saraf saling berkaitan. Ia muncul ketika otak terlalu cepat merespons rangsangan dan kehilangan kontrol sementara atas refleksnya. Jadi, latah bukan sekadar kelucuan budaya, melainkan bukti bahwa stres bisa benar-benar mengubah cara otak bereaksi.
Dengan memahami fenomena ini secara ilmiah dan empatik, kita bisa berhenti menjadikan penderita latah sebagai bahan lelucon. Sebaliknya, kita bisa melihatnya sebagai pengingat bahwa tubuh dan pikiran manusia memiliki hubungan yang lebih kompleks daripada yang tampak di permukaan.
RADARPANGANDARAN.COM - Bersepeda kini tidak hanya menjadi sarana transportasi ramah lingkungan, tetapi juga berubah menjadi…
RADARPANGANDARAN.COM- Kesehatan mental remaja di era digital menjadi tantangan sekaligus tanggung jawab bersama. Remaja harus…
RADARPANGANDARAN.COM - Untuk Step basic skincare bagi kulit sensitif, langkah-langkah yang direkomendasikan umumnya meliputi pembersihan…
RADARPANGANDARAN.COM- Penyakit batu empedu merupakan salah satu gangguan pada sistem pencernaan yang sering terjadi tanpa…
RADARPANGANDARAN.COM- Dalam kehidupan modern yang serba cepat, stres sering kali menjadi bagian yang sulit dihindari.…
RADARPANGANDARAN.COM- Jika Anda percaya bahwa cara untuk mencapai kekayaan adalah dengan menabung secara ketat, mengurangi…
This website uses cookies.