oleh

Di Balik Fenomena Latah, Ada Otak yang Sedang Berjuang Hadapi Stres

RADARPANGANDARAN.COMlatah/">Fenomena latah sering bikin orang tertawa karena terlihat spontan dan lucu. Namun di balik reaksi itu, ada mekanisme saraf yang bekerja sangat cepat akibat stres dan kejutan. Dalam dunia medis modern, latah bukan sekadar kebiasaan aneh, tapi bentuk respons otak terhadap tekanan emosional dan sosial yang tinggi.

Dari Budaya ke Biologi: Latah Lebih dari Sekadar “Lucu”

Bagi masyarakat Indonesia dan Malaysia, latah sudah lama menjadi bagian dari budaya sehari-hari. Biasanya muncul saat seseorang terkejut lalu meniru kata atau gerakan orang di sekitarnya. Tapi tahukah kamu? Dalam penelitian medis, latah termasuk dalam kategori “startle syndrome”, yaitu gangguan refleks saraf yang berlebihan terhadap stimulus mendadak.

Peneliti dari University of Groningen (Bakker et al., 2012) menemukan bahwa penderita latah memiliki aktivitas otot refleks yang jauh lebih tinggi dibanding orang biasa ketika mendengar suara keras. Artinya, tubuh mereka bereaksi lebih cepat, seolah sistem sarafnya tidak sempat menunggu perintah dari otak sadar.

Bagaimana Otak Bereaksi Saat Terkejut

Saat seseorang tiba-tiba kaget, otak langsung mengaktifkan sistem fight or flight, yaitu mekanisme alami untuk bertahan dari ancaman. Amigdala merupakan bagian otak yang mengatur emosi dan rasa takut, yang kemudian mengirim sinyal ke batang otak. Dalam milidetik, sinyal itu membuat otot menegang, jantung berdetak lebih cepat, dan tubuh siap “melawan atau kabur”.

Pada orang yang mengalami latah, jalur refleks ini bekerja terlalu intens. Bagian otak yang seharusnya menahan reaksi spontan, yaitu korteks prefrontal, tidak sempat berfungsi penuh. Akibatnya, penderita bisa langsung meniru kata, gerakan, bahkan perintah orang lain tanpa sadar.