Siklus Plastik yang Tak Pernah Usai
Kita telah menciptakan monster tak terlihat. Mikroplastik berputar dalam siklus tanpa akhir. Terlepas dari ban kendaraan, beterbangan di udara, terbawa hujan, meresap ke tanah dan air, lalu kembali ke tubuh manusia lewat makanan dan minuman. Siklus ini membentuk rantai polusi yang sulit diputus.
Ironisnya, sumber masalah ini berasal dari gaya hidup kita sendiri. Penggunaan plastik sekali pakai, pakaian sintetis, hingga ketergantungan terhadap kendaraan bermotor terus menambah jumlah mikroplastik di atmosfer. Setiap aktivitas sederhana kini berkontribusi pada pencemaran global yang perlahan menghancurkan ekosistem dan kesehatan manusia.
Saat Hujan Tak Lagi Membersihkan
Hujan seharusnya menyucikan bumi, namun kini ia membawa peringatan keras, bahwa kita sedang dihantui oleh polusi buatan tangan kita sendiri. Hujan mikroplastik di Yogyakarta dan Jakarta menunjukkan bahwa krisis plastik telah menembus batas udara dan tubuh manusia.
Jika pemerintah, industri, dan masyarakat tidak segera bertindak, hujan yang seharusnya memberi kehidupan akan berubah menjadi pembawa racun dari langit. Kita harus menekan produksi plastik sekali pakai, memperkuat sistem daur ulang, dan menciptakan kebijakan lingkungan yang benar-benar tegas. Setiap orang harus ikut andil, mulai dari kesadaran pribadi hingga tindakan kolektif nasional.
Indonesia tidak boleh menunggu sampai hujan benar-benar menjadi simbol kematian ekosistem. Saatnya kita sadar bahwa langit sedang mengirimkan pesan, bumi menjerit, dan kita harus berhenti menutup mata.