oleh

Gen Z dan Tren Konten Mewah: Asli atau Palsu?

Mereka akhirnya tergoda untuk melakukan cara instan agar tetap terlihat setara, misalnya dengan membuat konten mewah palsu.

Fenomena ini memperlihatkan betapa besar pengaruh validasi sosial dalam membentuk perilaku generasi muda.

Tekanan Finansial Mengintai Generasi Z

Tren konten mewah juga menimbulkan tekanan finansial. Banyak anak muda memaksakan diri membeli barang branded, meski kondisi keuangan tidak mendukung.

Sebagian memilih mengambil cicilan panjang hanya untuk bisa memamerkan satu produk di media sosial.

Praktik semacam itu tentu membahayakan. Alih-alih membangun kestabilan finansial, mereka justru masuk dalam jerat konsumtif.

Konten mewah yang terlihat indah di layar sebenarnya menyimpan risiko finansial besar di baliknya.

Kreativitas Versus Kepalsuan

Di sisi lain, tren ini tidak sepenuhnya negatif. Banyak kreator Gen Z memanfaatkan konsep “mewah” sebagai bentuk kreativitas.

Mereka mengemas ulang fashion lokal agar terlihat elegan, menata latar sederhana supaya tampak eksklusif, atau mengedit konten dengan teknik visual canggih.
Namun, garis antara kreativitas dan kepalsuan menjadi tipis.

Saat seseorang membangun citra mewah tanpa dasar nyata, publik bisa kehilangan kepercayaan. Kredibilitas kreator akhirnya dipertaruhkan.

Pentingnya Literasi Digital dan Kejujuran

Masyarakat perlu membekali diri dengan literasi digital agar tidak mudah terjebak pada ilusi kemewahan. Gen Z juga harus berani menunjukkan sisi autentik mereka.

Kejujuran bisa menjadi daya tarik tersendiri, bahkan lebih kuat dibanding citra mewah yang palsu. Platform media sosial sebaiknya ikut berperan dengan mendorong konten yang lebih sehat.