RADARPANGANDARAN.COM – Musik Indonesia terus melahirkan warna baru. Belakangan, istilah hipdut atau hip-hop dangdut mulai ramai dibicarakan. Genre ini menghadirkan perpaduan unik antara alunan dangdut yang kental dengan identitas lokal dan beat hip-hop yang lahir dari budaya urban.
Musisi memadukan kendang, cengkok vokal, serta melodi khas dangdut dengan bass trap, rap, dan produksi elektronik modern. Hasilnya melahirkan nuansa segar yang mampu memikat telinga generasi muda sekaligus membuat musik tradisi tetap relevan.
Asal Usul Hipdut di Indonesia
Dangdut sejak awal tumbuh sebagai musik yang cair. Seniman pada era 1970-an sampai 1990-an terus menyerap unsur India, Arab, Melayu, hingga pop Barat. Proses adaptasi itu menyiapkan jalan bagi munculnya sub-genre baru.
Ketika era digital menghadirkan ruang eksperimen lebih luas, para musisi mencoba menyatukan rap dan dangdut. Upaya itu berkembang pada 2010-an melalui beberapa karya underground. Istilah hipdut baru benar-benar populer pada 2024, ketika sejumlah lagu viral di TikTok dan YouTube membuat publik mulai menggunakan label tersebut secara masif.
Ciri Khas Musik Hipdut
Ciri khas hipdut terlihat jelas pada struktur musiknya. Produser tetap menampilkan pola kendang dangdut agar pendengar merasakan akar tradisi. Di atasnya, mereka menambahkan beat elektronik, flow rap, dan hook sederhana agar mudah viral di media sosial.
Vokalis membawakan cengkok dangdut namun menyelipkan teknik hip-hop seperti punchline dan rhyming. Visual klip pun menggambarkan anak muda dengan gaya kasual, streetwear, serta koreografi yang pas untuk tantangan TikTok. Semua itu menjadikan hipdut cepat diterima generasi Z.
Lagu Hipdut
Salah satu momen penting hadir lewat lagu “Garam & Madu (Sakit Dadaku)” karya Tenxi, Jemsii, dan Naykilla. Rilisan akhir 2024 itu langsung meledak di platform digital. Lagu tersebut memperlihatkan dengan jelas bagaimana gendang dangdut berpadu dengan beat trap dan rap.