oleh

Inilah Pesan Bijak Gus Baha Tentang Hidup: Dunia Ini Sebentar, Hanya Mampir Minum Sejenak

Salah satu nsehat Gus Baha dalam ceramahnya adalah bahwa status sosial seperti kaya atau miskin hanyalah bagian dari kehidupan dunia yang fana.

Ibadah yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, memiliki nilai yang tinggi di hadapan Allah SWT.

Gus Baha menggambarkan saat kita bisa melaksanakan sujud dalam arti ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ghair mahdhah, maka itu artinya “punya nikmat yang bisa untuk membeli surga,” ujarnya.

Gus Baha pun mengingatkan kita untuk jangan banyak mengeluh tentang apa yang kita miliki dan yang tidak kita miliki di dunia ini.

BACA JUGA: hidup/politeknik-sttt-bandung-gelar-job-fair-untuk-umum-tersedia-lowongan-kerja-terbaru/">Politeknik STTT Bandung Gelar Job Fair untuk Umum, Tersedia Lowongan Kerja Terbaru

Kalau kita sudah melakukan sujud dengan benar, maka seharusnya kita tidak perlu merasa kurang hanya karena tidak memiliki harta benda yang sifatnya sementara, seperti motor, kekayaan, atau hal-hal duniawi lainnya.

Ketika pikiran kita masih disibukkan dengan hal-hal duniawi, maka ibadah kita belum sepenuhnya ikhlas.

Ibadah yang sejati adalah saat kita merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah, dan kita fokus dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya, bukan pada urusan dunia yang sementara.

Gus Baha mengutip sebuah kalimat yang berbunyi, “Walâ taronnamtu fî sholâtî Walâ rukû’î walâ sujûdî,” yang artinya “Dan tidaklah aku beribadah hanya melalui sholatku, ruku’ku maupun sujudku saja”.

Pesan bijak Gus Baha ini mengingatkan kita bahwa ibadah, bukan hanya tentang gerakan fisik, tetapi tentang kesadaran penuh dan penghambaan total kepada Allah SWT.

Hidup di dunia ini pada hakikatnya sebentar, kalau dalam istilah Gus Baha seperti mampir untuk minum sejenak.