Kalau kita sudah melakukan sujud dengan benar, maka seharusnya kita tidak perlu merasa kurang hanya karena tidak memiliki harta benda yang sifatnya sementara, seperti motor, kekayaan, atau hal-hal duniawi lainnya.
Ketika pikiran kita masih disibukkan dengan hal-hal duniawi, maka ibadah kita belum sepenuhnya ikhlas.
Ibadah yang sejati adalah saat kita merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah, dan kita fokus dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya, bukan pada urusan dunia yang sementara.
Gus Baha mengutip sebuah kalimat yang berbunyi, “Walâ taronnamtu fî sholâtî Walâ rukû’î walâ sujûdî,” yang artinya “Dan tidaklah aku beribadah hanya melalui sholatku, ruku’ku maupun sujudku saja”.
Pesan bijak Gus Baha ini mengingatkan kita bahwa ibadah, bukan hanya tentang gerakan fisik, tetapi tentang kesadaran penuh dan penghambaan total kepada Allah SWT.
Hidup di dunia ini pada hakikatnya sebentar, kalau dalam istilah Gus Baha seperti mampir untuk minum sejenak.
Yang abadi adalah sujud kita, ibadah kita, dan itulah yang akan menemani kita setelah meninggal dunia nanti.