Job Hopping: Strategi Cerdas atau Bumerang Karier di Indonesia?

Selain itu, perusahaan baru biasanya memberikan penawaran gaji lebih tinggi untuk menarik talenta yang sudah memiliki pengalaman. Dengan begitu, pekerja yang berpindah kerja bisa mempercepat peningkatan kesejahteraan.

Risiko dan Tantangan Job Hopping

Di sisi lain, job hopping juga memiliki risiko besar. Banyak perusahaan menilai kandidat yang terlalu sering berpindah kerja sebagai pribadi yang tidak loyal dan sulit berkomitmen.

Kondisi ini bisa menghambat peluang mereka untuk diterima di perusahaan besar yang mencari stabilitas jangka panjang.

Selain itu, berpindah kerja terlalu cepat juga bisa mengurangi kesempatan untuk mendalami suatu bidang. Pekerja mungkin menguasai banyak hal secara permukaan, tetapi kurang memiliki keahlian mendalam yang dibutuhkan untuk posisi strategis.

Perspektif Perusahaan dan HRD

Bagi perusahaan, job hopping menjadi tantangan serius. HRD sering kesulitan menemukan kandidat yang bertahan lama, sehingga tingkat turnover meningkat. Perusahaan harus mengeluarkan biaya besar untuk rekrutmen dan pelatihan.

Namun, sebagian perusahaan justru melihat job hopper sebagai individu yang berani mengambil risiko dan cepat beradaptasi.

Mereka bisa menjadi aset berharga jika ditempatkan di posisi yang menuntut kreativitas dan fleksibilitas tinggi.

Cara Bijak Menyikapi Job Hopping

Pakar karier menyarankan pekerja muda menyikapi job hopping dengan bijak. Mereka harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk berpindah kerja.

Idealnya, pekerja bertahan minimal dua hingga tiga tahun agar rekam jejak karier terlihat stabil.
Selain itu, pekerja disarankan memastikan alasan pindah kerja jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.