oleh

Mengenal Apa Itu Fenomena Wisata Self-Healing, Saat Alam Menjadi Penyembuh Gundah Hati

RADARPANGANDARAN.COM – Beberapa tahun terakhir, istilah self-healing menjadi tren yang akrab di telinga masyarakat, khususnya generasi muda.

Aktivitas ini bukan sekadar istilah psikologi, melainkan sudah berkembang menjadi gaya hidup baru, yakni untuk mencari ketenangan dan penyembuhan diri melalui perjalanan wisata.

Fenomena ini melahirkan tren baru di dunia pariwisata Indonesia, yaitu wisata self-healing, yang identik dengan liburan ke alam, seperti pegunungan, pantai sunyi, hingga desa wisata yang jauh dari hiruk pikuk kota.

Mengapa banyak orang kini menjadikan wisata sebagai sarana self-healing? Jawabannya tidak hanya sebatas ingin berlibur, tetapi juga sebagai upaya mencari keseimbangan hidup di tengah tekanan zaman.

Mengapa Wisata Self-Healing Jadi Tren?

Modernitas membawa banyak kemudahan, tetapi juga menghadirkan tantangan: tekanan kerja, kecemasan ekonomi, dan paparan media sosial yang tak henti-hentinya. Situasi ini membuat banyak orang merasa penat, bahkan kehilangan arah.

Di sinilah wisata self-healing menemukan relevansinya. Orang mencari tempat yang hening, alami, dan jauh dari rutinitas untuk memulihkan kesehatan mental. Bagi sebagian, berada di pantai sunyi sambil mendengar deburan ombak atau berjalan di hutan pinus yang sejuk terasa lebih menenangkan daripada terapi di ruang tertutup.

Fenomena ini juga diperkuat oleh tren media sosial. Ungkapan seperti “healing tipis-tipis” atau “butuh healing ke pantai” kerap muncul di caption foto, memperlihatkan bahwa wisata kini bukan hanya untuk rekreasi, tetapi juga sebagai simbol penyembuhan diri.

Pegunungan Menjadi Ruang Sunyi untuk Merenung

Gunung dan dataran tinggi menjadi destinasi favorit bagi mereka yang mencari self-healing. Udara sejuk, pemandangan hijau, dan suasana hening dianggap mampu memberi rasa damai.