Ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, “Famayya’mal mitsqola dzarrotin khoiroyyaroh,” yang berarti “maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya” (QS Al-Zalzalah:7).
BACA JUGA: Rekrutmen PCP Angkatan 4 Lembaga Penjamin Simpanan Dibuka, Ini Syaratnya
Sebaliknya, kejahatan sekecil apapun juga tidak akan luput dari perhitungan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam ayat berikutnya, “Wamayya’mal mitsqola dzarrotin syaroyyaroh.”
Pesan bijak Gus Baha dalam hal ini tercermin dalam salah satu contoh nyata dalam perbuatan sehari-hari berikut ini.
Misalnya, ketika kita berbicara tentang ketahanan pangan, misalnya, seringkali yang mendapatkan pujian adalah para pejabat yang berpartisipasi dalam rapat-rapat besar dan penting.
“Ini penting saya sampaikan, kalau tidak disampaikan? Nanti ada kebodohan massal” ucap Gus Baha.
“Di mana orang yang rapat tentang ketahanan pangan, karena dihadiri oleh menteri dan staf-stafnya, orang itu akan dianggap berprestasi karena bisa menjaga ketahanan pangan, ‘kuota pangan cukup’.
Padahal haekatnya yang mempertahankan pangan itu siapa coba? Kalau dari setiap individu? Ada tukang becak miskin. Dia hari itu tidak bisa makan” tutur Gus Baha memulai salah satu kisah yang kerao terjadi di kehidupan nyata.