RADARPANGANDARAN.COM – Banyak orang menyukai rasa manis, tetapi tidak semua tahu dari mana rasa itu berasal. Kini, berbagai makanan dan minuman kemasan menggunakan rasa manis gula biang sebagai pemanis utama. Warnanya putih bersih, mudah larut, dan rasanya jauh lebih manis daripada gula pasir biasa. Namun di balik tampilan sempurnanya, gula biang menyimpan ancaman serius bagi kesehatan tubuh.
Gula Biang dan Proses di Baliknya
Industri pangan menghasilkan gula biang melalui proses pemurnian tinggi dari gula tebu atau jagung. Pabrik menghilangkan hampir semua mineral dan serat alami yang seharusnya ada pada gula. Akibatnya, gula biang hanya menyisakan sukrosa murni dengan tingkat rasa manis yang ekstrem.
Produsen makanan menggunakannya karena lebih efisien. Hanya dengan menambahkan sedikit sajagula biang, sudah membuat rasa manis yang kuat. Gula ini mudah ditemukan pada teh botol, sirup, roti manis, boba, hingga saus dalam makanan cepat saji.
Tubuh Kewalahan Menangani Manis Berlebihan
Begitu seseorang mengonsumsi gula biang, tubuh langsung menyerapnya ke dalam darah tanpa hambatan. Gula itu meningkatkan kadar glukosa dengan cepat dan memaksa pankreas memproduksi lebih banyak insulin untuk menurunkannya.
Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, tubuh mulai kehilangan kepekaan terhadap insulin. Inilah awal dari resistensi insulin, yang menjadi penyebab utama diabetes tipe 2.
Tubuh manusia memang memerlukan gula sebagai energi, tetapi gula biang membuat metabolisme bekerja berlebihan. Kelebihan glukosa yang tidak terpakai akhirnya berubah menjadi lemak dan menumpuk di perut maupun organ vital. Proses ini meningkatkan risiko obesitas, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Efek Buruk yang Sering Diabaikan
Konsumsi gula biang juga memengaruhi banyak bagian tubuh lainnya. Di mulut, gula ini menjadi santapan empuk bagi bakteri penyebab plak. Dalam waktu singkat, enamel gigi terkikis dan menimbulkan lubang serta bau mulut yang sulit diatasi.