oleh

Usus Sebagai Otak Kedua Rahasia Kesehatan Mental dan Fisik

RADARPANGANDARAN.COM – Usus sebagai otak kedua karena memiliki hubungan komunikasi yang erat dengan otak manusia. Koneksi ini dikenal sebagai sumbu usus-otak. Sumbu tersebut menghubungkan sistem saraf pusat dengan sistem saraf enterik yang berada di saluran pencernaan. Melalui jalur ini, otak dan usus saling memengaruhi kondisi satu sama lain secara langsung.

Komunikasi dua arah ini menunjukkan bahwa kesehatan usus tidak hanya berpengaruh pada pencernaan, tetapi juga pada emosi, perilaku, hingga fungsi kognitif. Dengan kata lain, menjaga usus tetap sehat berarti mendukung kerja otak dan kesehatan mental secara keseluruhan.

Peran Mikrobiota dalam Sumbu Usus-Otak

Mikrobiota usus, yaitu kumpulan bakteri yang hidup di dalam saluran pencernaan, memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan tubuh. Bakteri ini tidak hanya membantu memecah makanan, tetapi juga menghasilkan sinyal yang memengaruhi otak.

Sinyal dari mikrobiota usus dapat mencapai otak melalui berbagai jalur, seperti saraf vagus, sistem hormonal, dan molekul kecil yang berfungsi sebagai pengirim pesan. Mekanisme ini berkontribusi besar dalam mengatur suasana hati, tingkat stres, hingga risiko munculnya kecemasan dan depresi.

BACA JUGA: dampak-pariwisata-terhadap-lingkungan-pantai-selatan-jawa-barat/">Menarik Dikaji..!! Inilah 5 Tantangan Dampak Pariwisata terhadap Lingkungan Pantai Selatan Jawa Barat

Sebagai contoh, ketika mikrobiota sehat berkembang, tubuh memproduksi lebih banyak neurotransmiter seperti serotonin yang erat kaitannya dengan rasa bahagia. Sebaliknya, jika terjadi ketidakseimbangan mikrobiota (dysbiosis), risiko gangguan suasana hati meningkat.

Gangguan Mikrobiota dan Hubungannya dengan Penyakit Neurologis

Dysbiosis atau ketidakseimbangan mikrobiota usus berhubungan erat dengan berbagai penyakit neurologis dan psikiatris. Penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara gangguan mikrobiota dengan autisme, Alzheimer, hingga Parkinson.