Inkonsistensi ini mungkin dipengaruhi oleh rasa kecewa Theo di musim panas, mungkin karena adanya peluang pindah klub yang tidak terwujud.
Saat ini, Theo sering terlibat dalam insiden tidak penting seperti protes berlebihan kepada wasit atau tindakan “emosional” yang merugikan tim, seperti kartu merah dan eksekusi penalti sembrono saat Milan dikalahkan Fiorentina.
Sementara itu, idolanya Paolo Maldini dikenal karena konsistensinya selama 25 tahun kariernya di Milan, dengan penampilan solid di hampir setiap pertandingan.
Meskipun berbakat, Theo sering kali tampil tidak konsisten; ia bisa sangat luar biasa di satu pertandingan, tetapi sangat mengecewakan di pertandingan berikutnya.
Laga melawan Fiorentina dengan jelas menunjukkan bahwa Theo belum mencapai tingkat konsistensi seperti yang dimiliki Maldini.
Paolo adalah simbol kepemimpinan yang tenang dan berwibawa di AC Milan, panutan yang dihormati oleh rekan-rekannya, dan memberikan stabilitas kepada tim.
Sebaliknya, Theo sering gagal menunjukkan sikap kepemimpinan yang diharapkan dari seorang kapten.
Ia bahkan tidak mampu mengendalikan emosinya dalam situasi kritis, dan sering kali kepentingan pribadinya mendominasi di atas kepentingan tim, seperti terlihat dari protes berlebihan yang membuatnya diusir dari lapangan di akhir pertandingan.
