oleh

Dicuri secara Terang-Terangan, Arkeolog Mesir Minta Jerman Kembalikan Patung Ratu Nefertiti

Di sisi lain, otoritas Jerman berargumen bahwa pemindahan artefak-artefak tersebut sah, karena Prancis, yang mengelola Dinas Purbakala Mesir pada waktu itu, telah memberikan izin.

Hingga saat ini, Neues Museum di Berlin belum memberikan komentar terkait tuntutan ini.

Sebagai pembanding, pada bulan Juni lalu, Museum Arkeologi dan Antropologi Universitas Cambridge (MAA Cambridge) mengembalikan sementara 39 artefak tradisional yang dijarah dari Uganda selama masa kolonial Inggris.

Artefak-artefak tersebut dikembalikan ke Uganda dalam perjanjian pinjaman jangka panjang, lebih dari enam dekade setelah Uganda merdeka.

Menurut Mark Elliott, kurator senior di MAA Cambridge, barang-barang tersebut masih dimiliki oleh British Museum, namun dipinjamkan ke Uganda untuk periode awal tiga tahun.

Patung dada Ratu Nefertiti, terbuat dari batu kapur, ditemukan pada tahun 1912 dalam sebuah misi arkeologi Jerman di Tell el-Amarna, sekitar 300 km di selatan Kairo.

Situs ini merupakan ibu kota Dinasti ke-18 Mesir di bawah pemerintahan Firaun Akhenaten, suami dari Nefertiti, yang memerintah hingga sekitar tahun 1335 SM.

Dikutip dari Wikipedia, Ratu Nefertiti adalah permaisuri agung dari Firaun Amenhotep IV (kemudian bergelar Akhenaten), serta ibu mertua dan kemungkinan ibu tiri dari Firaun Tutankhamun.

Ia diduga memerintah Mesir untuk sementara waktu dengan nama Neferneferuaten-Nefertiti setelah kematian suaminya, sebelum Tutankhamun naik tahta.

Nama Nefertiti secara kasar diterjemahkan sebagai “wanita cantik (atau sempurna) telah datang.” Sebagian dari namanya, “nefer,” merujuk pada manik-manik emas panjang yang sering digambarkan ia kenakan.