Ia menegaskan bahwa pengambilan dan penjualan artefak Mesir secara ilegal telah mendorong pencurian lebih lanjut.
Museum-museum yang menolak untuk mengembalikan artefak ini, menurutnya, memperkuat praktik imperialisme.
Hawass mengklaim bahwa petisinya telah ditandatangani oleh lebih dari 200.000 orang, namun ia membutuhkan setidaknya satu juta tanda tangan untuk dapat mengajukan permintaan resmi agar artefak-artefak ikonik tersebut dikembalikan.
Di sisi lain, otoritas Jerman berargumen bahwa pemindahan artefak-artefak tersebut sah, karena Prancis, yang mengelola Dinas Purbakala Mesir pada waktu itu, telah memberikan izin.
Hingga saat ini, Neues Museum di Berlin belum memberikan komentar terkait tuntutan ini.
Sebagai pembanding, pada bulan Juni lalu, Museum Arkeologi dan Antropologi Universitas Cambridge (MAA Cambridge) mengembalikan sementara 39 artefak tradisional yang dijarah dari Uganda selama masa kolonial Inggris.
Artefak-artefak tersebut dikembalikan ke Uganda dalam perjanjian pinjaman jangka panjang, lebih dari enam dekade setelah Uganda merdeka.
Menurut Mark Elliott, kurator senior di MAA Cambridge, barang-barang tersebut masih dimiliki oleh British Museum, namun dipinjamkan ke Uganda untuk periode awal tiga tahun.
RADARPANGANDARAN.COM - Jakarta punya banyak kuliner khas yang melegenda, salah satunya adalah gudeg legendaris di…
RADARPANGANDARAN.COM - Siapa sih yang nggak mau saldo DANA gratis? Apalagi kalau bisa didapatkan dengan…
RADARPANGANDARAN.COM - Saat berlibur ke Pangandaran, mencari tempat makan yang enak dan memiliki suasana estetik…
RADARPANGANDARAN.COM - Buat kamu yang beruntung, transfer saldo DANA ini bisa menjadi peluang emas buat…
RADARPANGANDARAN.COM - Di era digital yang semakin berkembang, banyak orang mencari cara mudah untuk mendapatkan…
RADARPANGANDARAN.COM - Mau tahu cara gampang dan cepat buat pinjam saldo uang rupiah elektronik di…
This website uses cookies.