RADAR PANGANDARAN.COM – Jerman menolak terlibat dalam perang dagang dengan Tiongkok setelah Komisi Eropa memutuskan menaikkan pajak bea masuk atas mobil listrik asal China hingga 45 persen.
Menurut laporan Reuters, Komisi Eropa menyetujui kenaikan bea masuk atas mobil listrik dari Tiongkok menjadi 45 persen dari yang sebelumnya hanya 10 persen.
Kenaikan ini berpotensi memicu perang dagang, meskipun dapat dibatalkan jika Komisi Eropa berhasil mencapai kesepakatan negosiasi baru dengan pihak Tiongkok.
Keputusan ini berlaku selama lima tahun, mulai akhir Oktober 2024, dan telah menimbulkan ketidakpuasan di kalangan perusahaan otomotif.
Tarif baru tersebut berkisar dari 7,8 persen untuk perusahaan asing seperti Tesla, yang memproduksi kendaraannya di negara-negara Asia, hingga 35,3 persen untuk perusahaan-perusahaan China yang dianggap tidak kooperatif dalam penyelidikan.
Sebanyak 10 dari 27 negara anggota Uni Eropa, termasuk Prancis, Italia, dan Polandia, mendukung penerapan tarif ini, menurut laporan AFP yang mengutip pernyataan diplomat Uni Eropa.
Namun, lima negara, termasuk Jerman dan Hungaria, menolak keputusan tersebut, sementara 12 negara lainnya, termasuk Spanyol dan Swedia, memilih abstain.
Brussels berargumen bahwa tarif tersebut diperlukan untuk melindungi produsen mobil Eropa dari persaingan tidak sehat, dengan klaim bahwa produsen mobil China mendapat keuntungan dari subsidi pemerintah.
Keputusan Komisi Eropa untuk mengenakan tarif pada kendaraan listrik bertenaga baterai (Battery Electric Vehicles/BEV) dari Tiongkok telah mendapatkan dukungan yang cukup dari anggota Uni Eropa, sebagaimana dinyatakan di situs web resmi komisi tersebut.