by

Polisi Israel Gunakan Bom Kejut untuk Bubarkan Demonstran di Tel Aviv

RADAR PANGANDARAN.COM – Polisi Israel menggunakan bom kejut (granat setrum) untuk membubarkan demonstran di Tel Aviv yang menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera melakukan pertukaran tahanan dengan pejuang Hamas.

Setelah pengumuman tewasnya enam sandera di Jalur Gaza, kemarahan warga Israel semakin memuncak, terutama karena beberapa hari sebelumnya, militer Israel menyatakan bahwa para sandera tersebut masih hidup.

Para sandera yang tewas itu seharusnya termasuk dalam daftar orang-orang yang akan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan yang sayangnya gagal terwujud.

Demonstras yang dipenuhi amarah ini akhirnya berujung pada bentrokan dengan polisi di Tel Aviv, di mana pihak berwenang mengambil tindakan keras dengan menggunakan meriam air dan bom kejut untuk membubarkan massa.

Polisi kemudian menangkap para demonstran, dan menurut laporan Al Jazeera, polisi berkuda bahkan menginjak-injak saudara perempuan salah satu tawanan Israel.

Lebih dari setengah juta warga Israel dilaporkan turun ke jalan untuk menuntut Netanyahu agar segera melakukan pertukaran tahanan dengan Hamas.

Demonstrasi ini dilaporkan diikuti oleh sekitar 770.000 orang dan terjadi di berbagai kota di Israel, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem.

Konflik di Gaza terus berlanjut, menelan korban jiwa lebih dari 134.000 warga Palestina sejak serangan dimulai pada 7 Oktober 2023.

Israel masih menahan lebih dari 9.500 warga Palestina, sementara Hamas mengklaim puluhan tahanan mereka tewas akibat serangan Israel.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyatakan pada Minggu, 1 September 2024, bahwa Netanyahu lebih memilih untuk mempertahankan posisinya di “poros Philadelphia,” jalur yang memisahkan Mesir dari Jalur Gaza, daripada membebaskan para tahanan.