Banyak pihak di Israel menyalahkan pemerintah Netanyahu karena gagal mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk membawa pulang para sandera.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menyatakan bahwa ia berusaha menggunakan kekuasaannya di pemerintahan untuk mencegah Netanyahu memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa dan menyetujui “kesepakatan yang gegabah.”
Aksi mogok serikat pekerja ini terjadi di tengah maraknya protes di Israel, di mana sekitar setengah juta demonstran turun ke jalan di kota-kota Israel untuk menuntut kesepakatan gencatan senjata segera dengan Hamas.
Demonstrasi ini menjadi yang terbesar sejak negara Yahudi itu melancarkan perang terhadap Hamas sebagai tanggapan atas serangan 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyebabkan lebih dari 200 orang disandera.
Beberapa tawanan kemudian dibebaskan melalui pertukaran tahanan atau diselamatkan oleh tentara Israel. Namun, masih diperkirakan ada 103 orang yang ditahan di Gaza.
Di sisi lain, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyatakan pada Minggu, 1 September 2024, bahwa Netanyahu tidak tertarik untuk membebaskan para tahanan.
Dalam sebuah video, Al-Qassam menyampaikan pesan tajam kepada tentara Israel: “Sungguh heroik ketika kalian mengembalikan jenazah mereka setelah sengaja membunuh mereka.”
“Benar, mereka masih hidup dan seharusnya dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan,” pungkasnya.
Pembalasan brutal militer Israel telah merenggut lebih dari 40.700 nyawa penduduk Palestina hingga saat ini.