oleh

Mangrove, Pahlawan Penyelamat Garis Pantai Pangandaran

Bayangkan, berjalan di jembatan kayu sepanjang hampir 100 meter dengan pemandangan hijau rimbun di kanan kiri, mendengar suara burung, lalu sesekali melihat kepiting kecil berlarian di lumpur. Rasanya seperti masuk ke dunia lain—tenang, alami, dan penuh harapan.

Tak hanya jadi destinasi wisata, kawasan ini juga berfungsi sebagai ruang belajar. Anak-anak sekolah datang untuk mengenal pentingnya mangrove, wisatawan bisa mencoba menanam bibit, bahkan komunitas pecinta alam sering berkegiatan di sana. Pangandaran seakan memberi pesan kepada dunia: kita bisa menjaga lingkungan sambil tetap membuka ruang untuk wisata.

Selain Bulak Setra, kawasan mangrove di Batukaras juga menjadi daya tarik tersendiri. Meski sempat mengalami kerusakan pada jembatan kayunya, ekosistem mangrove di sana masih menjadi tempat penting bagi satwa dan pelindung garis pantai. Sayang jika keindahan dan manfaat sebesar itu hilang begitu saja hanya karena kurang perhatian manusia.

Sejujurnya, setiap kali berdiri di tengah hutan mangrove, ada rasa syukur sekaligus tanggung jawab. Syukur karena alam masih memberi kita kesempatan menikmati kesejukan dan keindahan ini. Tanggung jawab karena tanpa uluran tangan manusia, mangrove bisa hilang, digantikan bangunan beton atau ditebang untuk kayu.

Mulai dari Dirimu Sendiri

Karena itulah, mari kita ikut terlibat. Tidak perlu menunggu jadi aktivis lingkungan. Cukup mulai dari hal kecil, mulai dari ikut program penanaman mangrove, tidak membuang sampah ke laut, hingga mengajak teman-teman berkunjung ke wisata edukasi mangrove. Menanam satu pohon mungkin tampak kecil, tapi jika ribuan orang melakukannya, dampaknya luar biasa.