oleh

Mengenal Kesenian Badud, Warisan Budaya Tak Benda dari Pangandaran, Begini Asal Usulnya

Para pemain Badud, sejumah pria yang mengenakan kostum mirip binatang menari sambil mengiringi rombongan petani.

Alat musik yang mengiringi tarian Badud terdiri dari dogdog dan angklung. Dogdog, alat musik mirip kendang yang memiliki kulit penutup pada satu permukaan saja.

Sedangkan angklung adalah alat musik tang terbuat dari bambu, dan dimainkan untuk mengiringi gerakan tarian badud yang meniru binatang.

Para penari Badud juga mengenakan topeng binatang seperti lutung, kera, anjing hutan, harimau, dan babi hutan.

BACA JUGA: pangandaran/ribuan-alumni-gontor-hadiri-reuni-akbar-talim-di-pantai-pangandaran-dari-luar-pulau-jawa-juga-hadir/">Ribuan Alumni Gontor Hadiri Reuni Akbar Ta’lim di Pantai Pangandaran, dari Luar Pulau Jawa juga Hadir

Topeng-topeng ini dibuat dari bahan lokal yang tersedia. Dengan mengenakan topeng dan bergerak meniru binatang, mereka menghidupkan cerita lokal.

Badud dalam Pariwisata Pangandaran

Badud menjadi salah satu warisan budaya tak benda sekaligus ikon pariwisata di Pangandaran. Kesenian ini tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat lokal, tetapi juga daya tarik bagi wisatawan.

Uniknya, Badud bukan hanya tarian biasa, tetapi juga memiliki latar belakang sejarah dan makna yang mendalam, menambah nilai budaya dan estetika dari kesenian ini.

BACA JUGA: Siswi SMK di Kabupaten Pangandaran Jadi Korban Bullying, Pihak Sekolah Angkat Bicara

Menggali lebih dalam ke dalam cerita dan sejarah Badud dapat membantu kita memahami lebih baik tentang budaya dan kehidupan masyarakat di Pangandaran di masa lampau.

Seiring berjalannya waktu Badud menjadi salah satu bentuk seni yang unik dan cerminan dari kekayaan budaya pangandaran, yang menjadi penunjang di dunua pariwisata lokal.

Seperti halnya kesenian tradisional lainnya, Badud adalah warisan budaya tak benda yang harus dipelihara dan dilestarikan untuk generasi mendatang.