Tradisi Hajat Laut Resmi Milik Pangandaran: Tak Bisa Diklaim Daerah Lain

Hajat Laut memiliki akar yang mendalam dalam budaya dan kepercayaan masyarakat setempat dan merupakan warisan leluhur yang telah dilakukan secara turun-temurun.

Dalam keyakinan masyarakat Pangandaran, laut adalah sumber kehidupan yang memberikan rezeki melimpah, namun juga bisa mendatangkan bencana.

Oleh karena itu, Hajat Laut dilakukan sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan alam dan memohon perlindungan dari segala marabahaya yang mungkin datang dari laut.

Prosesi Hajat Laut biasanya dilakukan pada bulan tertentu yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat, sering kali bertepatan dengan bulan Maulid Nabi atau pada waktu-waktu tertentu yang telah disepakati oleh para sesepuh adat.

Sebelum hari pelaksanaan, masyarakat biasanya akan melakukan berbagai persiapan seperti membuat sesaji, hiasan, dan perahu kecil yang akan dilarung ke laut.

Sesaji ini biasanya terdiri dari berbagai hasil bumi, makanan, kembang, dan kadang-kadang juga hewan ternak.

Pada hari pelaksanaan, seluruh masyarakat berkumpul di pantai. Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat atau pemuka agama. Doa ini berisi ucapan syukur dan permohonan keselamatan.

Setelah doa, sesaji yang telah disiapkan diletakkan di perahu kecil dan kemudian dilarung ke laut.

Larung sesaji ini melambangkan pengorbanan dan persembahan kepada laut agar memberikan berkah dan keselamatan.

Selain ritual utama, biasanya acara ini juga disertai dengan berbagai pertunjukan seni tradisional seperti tari-tarian, wayang, dan musik gamelan.