Dari kisah ini, terlihat bahwa tidak ada kemarahan atau dendam yang muncul dari Imam Syafi’i. Beliau menganggap hujatan tersebut dengan santai, tanpa merasa tersinggung atau terprovokasi, bahkan melihat sisi positif dari situasi tersebut.
Pesan bijak dari Gus Baha ini memberikan pelajaran sederhana namun berharga tentang cara mengelola hati saat terjadi konflik.
Cerita lainnya menunjukkan ketenangan Imam Syafi’i ketika mendengar bahwa separuh dari kampungnya tidak menyukainya.
Respon Imam Syafi’i yang santai sungguh menakjubkan, “Baguslah, kalau tidak suka saya berarti mereka tidak akan meminta pinjaman. Yang bermasalah adalah mereka yang suka-suka, bisik-bisik, dan suka meminta-minta.”
Nasihat Gus Baha ini mendorong kita untuk belajar memahami bahwa ketidaksetujuan atau kritik dari orang lain tidak selalu harus direspon dengan emosi.
Justru, orang yang terang-terangan tidak menyukai kita bisa memberikan “keuntungan” secara spiritual atau moral.
Sebaliknya, orang-orang yang bersikap manis di depan namun berbisik di belakang bisa lebih merugikan.
Mengelola hati saat tersinggung, seperti yang disampaikan Gus Baha, adalah seni yang membutuhkan latihan.