“Saya seharusnya pergi ke Parma, tetapi Zeman menginginkan saya di Roma. Dia menyukai saya karena saya banyak berlari. Dengan Zeman, Anda harus berlari terus,” ungkapnya.
“Di Roma, saya memenangkan Scudetto pada tahun 2001. Itu luar biasa. Memenangkan Scudetto di Roma adalah sesuatu yang sangat berbeda,” akunya.
“Saya sedang menuju Jepang, ke Yokohama, lalu Leonardo dan Braida menelepon saya. Saya pikir itu hanya lelucon, karena saya sudah berusia 33 tahun,” ujarnya.
“Saya bahkan sudah menandatangani pra-kontrak dan mereka sudah membayar saya. Namun, saya mengembalikan uangnya dan pergi ke Milan. Ancelotti awalnya hanya ingin saya bermain 12 pertandingan per musim, tetapi saya malah memainkan semuanya hingga usia 38 tahun,” kenangnya.
“Saya tidak pernah ingin beristirahat. Saya selalu ingin bermain, dan kami memenangkan semua yang bisa dimenangkan,” paparnya.
Cafu juga memuji Emerson Royal dan mengungkapkan kekagumannya terhadap sepak bola Italia sejak kecil, serta bagaimana ia tumbuh dengan mengagumi para pemain Milan.
Dia juga berbicara tentang pentingnya sepak bola dalam mengatasi masalah rasisme dan menggambarkan Carlo Ancelotti sebagai pelatih, ayah, dan saudara baginya.
RADARPANGANDARAN.COM - Selama berabad-abad, masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan jarang dibahas secara terbuka.…
RADARPANGANDARAN.COM - Pemalang kini punya kuliner unik yang tengah naik daun, yaitu kulit tebal isian…
RADARPANGANDARAN.COM - Kalau kamu lagi di Amerika, jangan lupa mampir ke Panda Express. Restoran ini…
RADARPANGANDARAN.COM - Jakarta memang terkenal dengan beragam kulinernya, tetapi siapa sangka ada warung nasi Padang…
RADARPANGANDARAN.COM - Sate Gajah adalah makanan unik yang sedang ramai dibicarakan. Kuliner unik Sate Gajah…
RADARPANGANDARAN.COM - Cuanki Kadungora Garut ternyata menjadi rekomendasi kuliner malam yang wajib dicoba, terutama bagi…
This website uses cookies.