Setelah kegagalan di Inter, Morfeo akhirnya menemukan konsistensi performa di Parma, yang saat itu dilatih Cesare Prandelli.
Di bawah Arah Prandelli, ia mencetak 16 gol dalam 101 penampilan di Serie A setelah ditempatkan di posisi gelandang serang.
Bersama Parma, karier Morfeo mencapai puncaknya sebelum perlahan menurun dan akhirnya dilupakan penggemar Serie A.
Pada usia 32 tahun, rasa penyesalan mulai menghantuinya, dan baik pengalaman di Brescia maupun di Cremonese bersama sahabatnya, Mondonico, tidak mampu membantu kembali ke bentuk terbaik.
Pada tahun 2010, setelah menjalani larangan bermain yang cukup lama, ia kembali bermain di divisi kedua untuk San Benedetto dei Marsi, tim dari kota kelahirannya.
Morfeo kemudian gantung sepatu pada Februari 2011, memilih hidup jauh dari sorotan sepak bola.
Kini, ia mengelola sebuah restoran dan bar di Parma, tempat tinggalnya bersama keluarga.
Mungkin ini adalah karir yang tepat untuknya, di mana ia bisa menyalurkan kreativitas dan sentuhan “kegilaan” yang dulu ia tampilkan di lapangan ke dalam hidangan yang ia sajikan.
Meskipun sudah lama tak terdengar, bagi pecinta sepak bola, sulit untuk tidak menyimpan kenangan indah tentang “Maradona Kecil” Domenico Morfeo.