Musim berikutnya, ia kembali ke Atalanta dan mencetak 5 gol dalam 17 penampilan, tetapi mulai mengganggu ruang ganti tim karena karakter kerasnya.
Morfeo juga sering mengalami cedera dan sulit mengendalikan kepribadian yang kuat serta kurang mau berkorban, sebuah kualitas yang penting di Serie A untuk bisa bersaing di level tertinggi.
Setelah musim yang buruk di Fiorentina yang berakhir dengan degradasi ke Serie B, Inter Milan di bawah Arah Cuper memberi Morfeo kesempatan kembali ke kancah utama Liga Italia.
Di Inter, ia tampil dalam 17 pertandingan dan mencetak 1 gol, namun dinilai kurang cocok bermain di klub besar karena membutuhkan kebebasan bermain tanpa tugas bertahan.
Selain itu, Morfeo membutuhkan lingkungan yang sepenuhnya mendukungnya, suatu kondisi yang sulit dicapai di klub besar seperti Inter atau Milan.
Setelah kegagalan di Inter, Morfeo akhirnya menemukan konsistensi performa di Parma, yang saat itu dilatih Cesare Prandelli.
Di bawah Arah Prandelli, ia mencetak 16 gol dalam 101 penampilan di Serie A setelah ditempatkan di posisi gelandang serang.
Bersama Parma, karier Morfeo mencapai puncaknya sebelum perlahan menurun dan akhirnya dilupakan penggemar Serie A.