Motif di balik serangan ini ternyata bukan terkait narkoba, tetapi persaingan dalam menguasai kelompok ultras Milan, terutama kelompok “Black Devil” yang dipimpin oleh Domenico “Mimmo” Vottari dari Calabria, menurut Corriere della Sera.
Anghinelli bersama dengan Verga dan mantan pemain Serie A, Beppe Sculli, diduga mendukung upaya untuk mengambil alih kekuasaan dari Lucci.
Namun, Lucci berhasil mempertahankan kekuasaannya dengan dukungan dari keluarga Barbaro, salah satu klan ‘Ndrangheta paling kuat di Calabria.
Kisah kekerasan ini seolah menjadi bagian dari sejarah panjang kriminal di kalangan ultras sepak bola Italia, baik di kubu AC Milan maupun Inter.
Dua tahun setelah percobaan pembunuhan Anghinelli, pemimpin ultras Inter, Vittorio Boiocchi, juga dibunuh, memicu perebutan kekuasaan yang berakhir dengan pembunuhan bos Antonio Bellocco oleh pemimpin kubu Nord, Andrea Beretta.
Sepertinya konflik kriminal di antara kelompok ultras Inter dan AC Milan menjadi sebuah kisah kelam yang terus berulang.