oleh

Perjuangan Alvaro Morata Melawan Depresi: Pensiun dari Timnas hingga Malu Berada Dekat Anak-anak

“Bagi saya, pilihan terbaik adalah meninggalkan Spanyol. Saya tidak bisa menahannya. Saya bergantung pada orang-orang yang pernah mengalami hal serupa, seperti Bojan,” terangnya.

“Tiga bulan sebelum Kejuaraan Eropa, rasanya mustahil. Saya bertanya-tanya apakah saya masih bisa bermain sepak bola lagi, saya tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya. Ini adalah momen di mana apa yang paling Anda cintai menjadi hal yang paling Anda benci,” ungkapnya.

Morata juga mengakui bahwa depresi membuatnya merasa sangat malu ketika berada di sekitar anak-anaknya, hingga pada titik di mana ia tidak ingin menghabiskan waktu bersama mereka.

“Saya malu berada di dekat anak-anak saya dan keluar di tempat umum. Setiap kali saya keluar bersama mereka, saya selalu mengalami insiden, kadang tanpa niat buruk, dengan orang-orang yang mengomentari pertandingan sebelumnya,” ujarnya.

“Pada akhirnya, bahkan anak-anak saya tidak ingin pergi berbelanja atau melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan seorang ayah dengan anak-anaknya,” kenangnya.

“Sampai akhirnya, begitu banyak hal dikatakan di depan mereka sehingga saya merasa malu berada di dekat mereka,” pungkasnya.

Kisah perjuangan Morata ini mungkin menjadi alasan mengapa ia melakukan selebrasi yang sangat emosional bersama anak-anaknya saat mencetak gol untuk AC Milan dalam kemenangan 3-0 atas Lecce di Serie A baru-baru ini.