RADARPANGANDARAN.COM – Kehadiran Simon Tahamata sebagai kepala pemandu bakat Timnas Indonesia membuka harapan baru kehadiran pemain diaspora baru.
Karena, peran Simon bukan sekadar menambah staf pelatih. Dia diharapkan membawa arah baru dalam pencarian pemain berbakat.
Dari pendekatan konvensional, kini sepak bola Indonesia bergerak ke sistem pencarian bakat modern ala Eropa.
Simon Tahamata bukan nama sembarangan. Dia memiliki jaringan kuat di Belanda. Pengalamannya di Akademi Ajax membuka akses langsung ke pemain keturunan Indonesia yang sebelumnya sulit dijangkau.
BACA JUGA:Â KUR BRI Bisa Diakses Berkali-kali, Pemerintah Dorong Penyaluran KUR untuk Produktivitas Usaha Pariwisata
Dengan latar belakang sebagai pelatih teknis dan pencari bakat, Tahamata tahu cara menilai bakat sejati. Dia tidak terjebak pada pemain viral tapi fokus pada kualitas.
Dikutip dari disway.id, para pemain diaspora kini melihat peluang nyata. Mereka tidak hanya dipanggil karena paspor tapi karena dipahami.
Simon Tahamata mengerti akar budaya mereka. Dia juga paham tantangan yang dihadapi di luar negeri. Hal ini menciptakan semangat baru. Pemain-pemain keturunan mulai menunjukkan minat membela Garuda.
Sejak nama Simon Tahamata diumumkan oleh PSSI, beberapa pemain diaspora mulai disebut-sebut. Mereka datang bukan dari akademi biasa. Sebagian besar bermain di klub-klub elite Eropa.
BACA JUGA: Jejak Emas Tyronne Del Pino di Liga 1, Gelandang Persib Masuk 3 Nominasi Penghargaan Bergengsi
PSSI kini serius menatap target besar. Mulai dari Piala Asia U-23 2026 hingga Olimpiade 2028. Bahkan, Piala Dunia 2030. Itu masuk agenda jangka panjang.