Strategi Cyber Defense Indonesia Melawan Serangan Siber Global

Serangan siber bukan hanya soal pencurian data, tetapi juga bisa melumpuhkan infrastruktur vital. Listrik padam, bandara kacau, hingga rumah sakit tak bisa beroperasi adalah skenario nyata yang pernah terjadi akibat serangan digital.

Salah satu kasus yang paling dikenal adalah serangan Stuxnet di awal 2010-an, yang berhasil merusak sistem nuklir di Iran melalui virus komputer. Peristiwa ini menjadi bukti bahwa serangan digital dapat menimbulkan dampak fisik yang nyata.

Cyber Defense sebagai Pertahanan di Era Digital

Untuk menghadapi ancaman ini, negara-negara di seluruh dunia kini membangun strategi cyber defense sebagai bagian penting dari sistem pertahanan nasional. Langkah-langkah yang diambil antara lain membangun pusat komando siber khusus untuk memantau, mendeteksi, dan merespons ancaman digital. Mengembangkan talenta keamanan siber agar mampu bersaing dalam perang teknologi.

Menguatkan kerja sama internasional penting karena ancaman digital lintas negara tanpa batas teritorial. Serta Mengamankan infrastruktur vital melalui enkripsi, firewall canggih, hingga sistem cadangan yang terpisah dari jaringan publik.

Sebagai negara dengan pengguna internet terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki kerentanan tinggi terhadap serangan siber. Beberapa kali, sistem pemerintah, lembaga keuangan, hingga data pribadi masyarakat menjadi sasaran peretasan.

Pemerintah telah merespons dengan membentuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), memperkuat regulasi perlindungan data, serta menggandeng berbagai pihak dalam mengembangkan ekosistem keamanan digital. Namun, tantangan besar tetap ada: kurangnya literasi siber, minimnya tenaga ahli, dan keterbatasan infrastruktur pertahanan digital.