Data penelitian tersebut juga menunjukkan pada 2021 dan 2024, hanya 39% responden yang mengatakan mereka percaya diri dapat memeriksa apakah informasi yang mereka temukan online benar.
Kesimpulannya, integrasi terbaru AI generatif ke dalam lingkungan online membuat “semakin sulit bagi warganet untuk tahu siapa atau apa yang bisa dipercayai secara online,” demikian laporan tersebut menyatakan.
Profesor asosiasi dan penulis penelitian, Tanya Notley, seperti yang dikutip oleh media Decrypt, juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan lambat dalam literasi media ini menjadi perhatian khusus mengingat kemampuan alat AI generatif untuk menghasilkan deepfake berkualitas tinggi dan disinformasi.
“Semakin sulit mengidentifikasi di mana AI digunakan. Ini akan digunakan dengan cara yang lebih canggih untuk memanipulasi orang dengan disinformasi, dan kita sudah bisa melihat hal itu terjadi,” kata Notley, dikutip dari Russian Today.
“Untuk mengatasi ini, diperlukan regulasi, meskipun ini terjadi dengan lambat,” lanjutnya.
Minggu lalu, Senat AS mengesahkan undang-undang yang dirancang untuk melindungi individu dari penggunaan tanpa persetujuan citra mereka dalam konten pornografi yang dihasilkan AI.
RADARPANGANDARAN.COM - Seiring berkembangnya teknologi, kebutuhan akan laptop yang tidak hanya tipis dan ringan, tetapi…
RADARPANGANDARAN.COM - Samsung tampaknya sedang mempersiapkan kehadiran HP murah terbaru mereka, Samsung Galaxy M16 5G,…
RADARPANGANDARAN.COM - Oppo A5 Pro segera meluncur dan mulai mencuri perhatian publik. Informasi dari platform…
RADARPANGANDARAN.COM - POCO kembali hadir dengan inovasi terbaru lewat seri POCO F7, yang kabarnya akan…
RADARPANGANDARAN.COM - MediaTek baru saja meluncurkan chipset terbaru mereka, Dimensity 8400, yang menjadi sorotan di…
RADARPANGANDARAN.COM - Oppo kembali menghadirkan inovasi dengan mengumumkan peluncuran Oppo Reno 13 Series secara global.…
This website uses cookies.