RADAR PANGANDARAN.COM – Gus Baha pernah membahas topik penting tentang mahabbah, atau cinta kepada Allah.
Salah satu pesan bijak yang beliau sampaikan adalah bahwa mencintai Allah bisa dialami oleh siapa saja, termasuk orang yang masih sering melakukan perilaku buruk.
Ini menjadi pelajaran berharga agar kita tidak cepat menghakimi seseorang hanya dari perilaku luarnya.
Gus Baha menjelaskan, “Tidak termasuk syarat mahabbah, orang terbebas dari semua dosa.” Artinya, bahkan seseorang yang masih bergelimang dosa pun bisa mencintai Allah.
Gus Baha memberi contoh kisah seseorang yang hidup pada masa Nabi Muhammad SAW, bernama Nu’aiman.
“Buktinya, Nu’aiman yang mabuk di depan Nabi, dan Nabi tahu kesalahan Nu’aiman, namun Nu’aiman tetap disifati Yuhibbulloha wa Rasula (yang rasul/">mencintai Allah dan Rasul-Nya),” jelas Gus Baha.
Meskipun Nu’aiman pernah berbuat kesalahan, yaitu mabuk di depan Nabi, ia tetap diakui sebagai orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Ceramah ini menyentuh aspek penting dalam kehidupan beragama, yaitu bahwa banyak orang yang mungkin berperilaku buruk, tetapi di hati mereka masih ada cinta atau keinginan untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya.
“Banyak orang yang nakal, tetapi masih mencintai Allah dan Rasul-Nya,” tambahnya.
Gus Baha mencontohkan, ada orang yang berbuat dosa, tetapi ketika bertemu ulama atau kiai, mereka dengan penuh hormat mencium tangan ulama tersebut. Ini menunjukkan bahwa di dalam hati mereka masih ada kesadaran tentang mana yang benar dan mana yang salah.