Amerika Serikat juga telah meningkatkan komunikasinya untuk mengamankan payung perlindungan bagi Israel dalam menghadapi kemungkinan respons Iran atas pembunuhan Haniyeh, dan berusaha mempercepat negosiasi gencatan senjata.
Menurut laporan media AS, tugas AS kali ini tidak akan mudah dibandingkan dengan situasi yang terjadi pada bulan April lalu ketika berbagai negara membantu menggagalkan serangan Iran dengan drone dan rudal terhadap Israel.
Respons balasan dari Iran kali ini kemungkinan akan lebih dahsyat karena akan dibantu oleh pejuang “Hezbollah,” menurut laporan dari situs Axios.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa pemerintahan Biden yakin Iran akan menyerang Israel dalam beberapa hari sebagai tanggapan atas pembunuhan Haniyeh di Teheran.
Pemerintahan Biden merasa frustrasi dengan situasi saat ini dan khawatir tentang kesulitan mengumpulkan aliansi dari negara-negara yang sama yang membantu Israel menghadapi serangan Iran sebelumnya.
Sebagai bagian dari persiapan AS untuk eskalasi yang mungkin terjadi, New York Times melaporkan bahwa AS bersiap untuk mengirim lebih banyak pesawat tempur ke Timur Tengah untuk membantu Israel.
Washington Post juga melaporkan bahwa AS telah mengirim 12 kapal perang di Timur Tengah setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan pemimpin Hezbollah Lebanon, Fuad Shukr.
Sementara itu, Pemerintah Prancis telah mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk meninggalkan Iran secepatnya.
“Semua warga Prancis, termasuk warga ganda, berisiko tinggi ditangkap, ditahan sewenang-wenang, dan menghadapi persidangan yang tidak adil,” bunyi pernyataan di situs Kementerian Luar Negeri Prancis.