oleh

Screaming Piha, Burung Kecil dengan Suara yang Bisa Memekkakan Telinga

Peneliti bioakustik, Jeffrey Podos, menemukan bahwa burung ini seperti memiliki “amplifier alami.” Saat mereka bernyanyi, rongga tubuh mereka ikut bergetar sehingga memperkuat suara. Teknik ini memungkinkan piha menghasilkan dua nada utama yang jernih dan berulang dengan kecepatan tinggi. Suara khas yang sering disamakan dengan siulan manusia yang diperkuat pengeras suara.

Namun, kemampuan ini juga memiliki batas. Studi lanjutan mencatat bahwa screaming piha jantan sering mengalami kelelahan vokal setelah bernyanyi terus-menerus pada musim kawin. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun mereka mampu berteriak dengan keras, energi yang dibutuhkan tetap besar.

Suara yang Mengisi Hutan Amazon

Bagi siapa pun yang mendengar langsung teriakan screaming piha, pengalaman itu sulit dilupakan. Suaranya terdengar jernih, tinggi, dan sangat keras. Seolah-olah datang dari dekat, padahal burungnya bisa berjarak belasan meter.

Banyak pembuat film dokumenter alam menggunakan suara burung ini untuk menandai suasana khas hutan hujan Amerika Selatan. Dalam serial BBC Planet Earth II, misalnya, suara screaming piha digunakan sebagai latar untuk menggambarkan keheningan yang tiba-tiba pecah oleh kehidupan liar.

Bukti Kecerdikan Alam

Kemampuan screaming piha menunjukkan betapa cerdiknya alam beradaptasi. Di dunia yang penuh kebisingan, burung ini menemukan cara agar tetap terdengar. Suara kerasnya bukan sekadar teriakan, tetapi juga bahasa cinta, peringatan, dan penegasan eksistensi.

Bagi manusia, suaranya mungkin terasa memekakkan telinga. Namun bagi screaming piha, itulah bentuk komunikasi paling efektif yang memastikan kelangsungan hidupnya di tengah rimba Amazon. Ia menjadi pengingat bahwa keindahan alam tidak hanya terlihat dari warna atau bentuk, tetapi juga terdengar dari suara yang menggema di antara pepohonan tropis suara kecil yang sanggup menggetarkan dunia.