oleh

Usaha Makanan Kekinian, Hanya Sekedar Pemuas Tren atau Bisa Berkelanjutan?

RADARPANGANDARAN.COM – Di era media sosial, makanan kekinian sering menjadi sangat populer dalam waktu singkat. Dengan warna-unik, kemasan Instagramable, rasa baru yang nyentrik, kombinasi bahan tak biasa, atau konsep gerai yang sangat eye-catching.

Begitu menu atau konsep viral, banyak pengusaha kuliner dengan cepat ikut-ikutan meluncurkan produk yang serupa, dengan harapan pasar akan terus bergairah. Namun realitanya menunjukkan bahwa banyak sekali makanan kekinian hanyalah fenomena sesaat. Setelah hype meredup, beberapa bahkan tutup, stok menurun, atau pelanggan berpindah ke tren baru.

Kenapa Banyak Makanan Kekinian Hanya Bertahan Singkat

Salah satu sebab utama adalah preferensi konsumen yang cepat berubah. Konsumen masa kini, terutama generasi muda dan pengguna kuat media sosial, cenderung bosan setelah sesuatu menjadi terlalu umum.

Sesuatu yang awalnya unik menjadi biasa jika terlalu banyak yang menirunya. Di samping itu biaya untuk mempertahankan novelty, seperti bahan impor, warna pewarna ataupun dekorasi khusus, sering tinggi dan tidak selalu memberikan margin keuntungan yang besar.

Penelitian di sektor makanan juga menunjukkan bahwa tren yang “cukup sehat” atau “fokus pada sustainability” memiliki tantangan dalam retensi pelanggan. Misalnya, tren plant-based, makanan nabati, atau alternatif protein mendapat perhatian besar, tetapi lebih sulit menjaga penetrasi pasar jika rasa, harga, atau akses tidak cocok dengan ekspektasi konsumen.

Manfaat dan Kekurangan bagi Pengusaha Makanan Kekinian

Meski banyak yang hanya sekadar tren, ada manfaat nyata jika pengusaha memanfaatkan peluang ini dengan baik. Pertama daya tarik tinggi, produk unik mampu menarik perhatian media sosial, liputan, word-of-mouth, dan kunjungan pelanggan baru yang penasaran.