Akibatnya, puluhan pria ultra-Ortodoks berkumpul di luar kantor perekrutan IDF (Israel Defense Forces) pada Rabu, 21 Agustus, untuk memprotes pemberlakuan wajib militer.
Mereka melakukan aksi duduk di tengah jalan, menghalangi lalu lintas, membawa spanduk, menyanyikan slogan, dan melantunkan mantra keagamaan.
Beberapa spanduk bertuliskan “Kami lebih baik mati daripada mendaftar, Nazi,” dan “Ke penjara, bukan ke tentara,” seperti dilaporkan oleh Times of Israel.
Menghadapi para pengunjuk rasa, polisi Israel di Yerusalem menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi yang memprotes wajib militer bagi siswa agama yang diminta menjadi bagian dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Polisi hadir dengan kekuatan besar, termasuk petugas berkuda dengan perlengkapan anti huru-hara. Ketika para demonstran menolak meninggalkan area, petugas menahan beberapa pengunjuk rasa dan membawa mereka pergi.
Bentrokan terjadi ketika salah satu demonstran ultra-Ortodoks berhasil menembus barikade polisi, yang menyebabkan adanya kekerasan lebih lanjut. Video dari lokasi menunjukkan setidaknya satu pengunjuk rasa mengalami luka.