oleh

Jelajahi Jawa Barat, Ini Jejak Sejarah Pembangunan Jalur Kereta Api Banjar-Cijulang di Era Kolonial Belanda

Jalur kereta api ini memiliki panjang total 82 kilometer.

Pembangunan salah satu jalur kereta api zaman Belanda di kawasan ini menemui tantangan berat saat harus melewati pegunungan Kendeng.

Karena medannya yang sangat curam, sehingga akan sangat beresiko jika membangun jalur yang mengelilingi gunung.

Terowongan Kereta Api Pegunungan Kendeng

Sebagai solusinya, dibuatlah terowongan di pegunungan tersebut. Terowongan yang terletak pada ketinggian 58 meter ini, dibangun di pegunungan Kendeng dan menjadi yang terpanjang di jalur tersebut.

Setelah melewati pegunungan Kendeng, pembangunan kemudian dilanjutkan ke kawasan lembah Parigi dan berhasil diselesaikan pada tahun 1918.

Awalnya, Parigi direncanakan sebagai titik akhir pembangunan jalur kereta api ini.

Namun, kemudian diajukan usulan kepada pemerintah Belanda untuk menambah jalur sejauh 5 kilometer hingga sampai ke Cijulang, Pangandaran

Usulan ini didasari pertimbangan strategis bahwa Cijulang memiliki lembah yang cocok untuk menjadi titik pemberhentian terakhir.

Dari Cijulang, jalur ini dapat diperpanjang hingga Tasikmalaya atau sepanjang pantai selatan menuju Pameungpeuk.

Pembangunan dari Parigi ke Cijulang diselesaikan pada tahun 1921, dan jalur kereta api ini mulai dioperasikan untuk umum pada tanggal 1 Juni 1921.

Stasiun di Cijulang menjadi pemberhentian terakhir dari jalur kereta api Banjar-Cijulang, yang letaknya berada di Jalan Bandara Nusawiru, Dusun Kalenwadas, Desa Cijulang, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.

Empat Terowongan Jalur Banjar-Cijulang