Job Hopping: Strategi Cerdas atau Bumerang Karier di Indonesia?

RADARPANGANDARAN.COM- Fenomena job hopping atau sering berpindah kerja dalam waktu singkat semakin marak di kalangan pekerja muda Indonesia.

Mereka menilai langkah ini bisa mempercepat pengembangan karier sekaligus meningkatkan pendapatan.

Namun, di sisi lain, sebagian pakar menilai job hopping justru bisa menjadi bumerang karena menimbulkan stigma negatif dari perusahaan.

Fenomena Job Hopping di Kalangan Pekerja Muda

Generasi milenial dan Gen Z mendorong tren job hopping di Indonesia. Mereka lebih berani meninggalkan perusahaan lama ketika merasa tidak mendapatkan kesempatan berkembang, gaji layak, atau lingkungan kerja yang sehat.

Data dari sejumlah lembaga survei menunjukkan bahwa mayoritas pekerja muda bertahan tidak lebih dari dua tahun di satu perusahaan.

Pergeseran pola pikir ini berangkat dari keyakinan bahwa pengalaman kerja yang beragam dapat memperkaya keterampilan sekaligus memperluas jaringan profesional.

Pekerja yang sering berpindah kerja biasanya merasa lebih adaptif dan cepat belajar.

Alasan Pekerja Melakukan Job Hopping

Banyak pekerja muda melakukan job hopping karena beberapa alasan utama. Pertama, mereka mencari gaji yang lebih tinggi, terutama di tengah biaya hidup yang terus naik.

Kedua, mereka ingin mencari lingkungan kerja yang lebih mendukung keseimbangan hidup dan karier. Ketiga, mereka mengejar posisi yang lebih strategis dan sesuai minat.

Tidak sedikit juga pekerja yang merasa perusahaan lama tidak memberikan jenjang karier jelas. Ketika kesempatan promosi tidak terbuka, mereka memilih mencari peluang di tempat lain.

Dampak Positif Job Hopping

Meski sering dipandang negatif, job hopping juga membawa sejumlah dampak positif. Pekerja bisa mendapatkan pengalaman lintas industri, memperluas keterampilan teknis, hingga meningkatkan daya tawar di pasar kerja.