RADARPANGANDARAN.COM-Â Kopi khas Pangandaran mulai menarik perhatian para penikmat kopi karena cita rasanya yang unik dan proses pengolahannya yang masih mengandalkan cara-cara tradisional. Ketika membicarakan kopi Indonesia, biasanya nama-nama seperti Gayo, Toraja, atau Kintamani lebih dulu terlintas. Namun, ternyata Pangandaran sebuah wilayah pesisir di Jawa Barat juga memiliki potensi kopi yang tak kalah istimewa.
Kekayaan Alam Pangandaran yang Mendukung Budidaya Kopi
Sebagai daerah yang memiliki kombinasi antara pesisir dan perbukitan, Pangandaran menawarkan kondisi iklim yang sangat mendukung pertumbuhan tanaman kopi. Curah hujan yang cukup, tanah yang subur, serta suhu yang relatif stabil sepanjang tahun menjadikan daerah ini cocok untuk membudidayakan kopi arabika maupun robusta.
Selain itu, banyak petani di kawasan seperti Cigugur, Langkaplancar, dan Parigi mulai serius mengembangkan lahan kopi. Tidak hanya itu, mereka juga mulai menerapkan pertanian berkelanjutan agar kualitas kopi tetap terjaga dari waktu ke waktu.
Proses Pengolahan yang Menjaga Cita Rasa
Petani kopi di Pangandaran mengolah biji kopi mereka dengan metode tradisional, berbeda dengan pengolahan kopi secara industri. Mereka biasanya menjemur biji kopi yang telah dipanen secara alami di bawah sinar matahari. Setelah kering, mereka menyangrai biji kopi tersebut dalam jumlah kecil menggunakan wajan tanah liat atau drum logam sederhana.
Metode seperti ini memang membutuhkan waktu lebih lama. Namun, cara tersebut justru menjaga karakter rasa kopi agar tetap kuat dan khas. Karena itu, tidak mengherankan jika kopi dari Pangandaran memiliki aftertaste yang bersih, dengan sentuhan rasa cokelat, karamel, dan sedikit asam buah tropis.
Peran Komunitas Lokal dalam Mempopulerkan Kopi Pangandaran
Dalam beberapa tahun terakhir, komunitas petani dan pegiat kopi di Pangandaran semakin aktif mempromosikan kopi lokal ke tingkat nasional. Melalui festival kopi, workshop, hingga kemitraan dengan kafe-kafe di kota besar, kopi Pangandaran mulai dikenal luas.